Investasi Jangka Pendek

Investasi Jangka Pendek: Definisi, Jenis, dan Keuntungannya

Berbicara tentang pemilihan saat berinvestasi, terdapat dua jenis investasi yang bisa Anda pilih berdasarkan durasinya. Jenis investasi tersebut terdiri dari investasi jangka pendek dan investasi jangka panjang.

Tidak sedikit orang yang menyukai investasi sebagai hal yang mesti direncanakan dengan matang, dilakukan secara rutin untuk jangka panjang dan bisa dipetik dalam beberapa tahun ke depan.  Namun, ada pula mereka yang memanfaatkan investasi sebagai cara untuk mendapat keuntungan dalam waktu yang singkat.

Nah, jika Anda tergolong orang dengan tipikal yang menyukai hal serba cepat dan instan.  Investasi janga pendek ini bisa menjadi pilihan yang sangat tepat, karena keuntungan dari jenis investasi ini bisa langsung dirasakan dengan cepat.

Pada kesempatan kali ini, kami akan menjelaskan beberapa hal seputar investasi jangka pendek. Mulai dari pengertian, jenis, serta keuntungan dari beberapa jenis investasi ini. Semoga, pembahasan ini dapat menjadi sumber referensi dalam menentukan jenis investasi yang sesuai dengan keinginan Anda.

Apa itu Investasi Jangka Pendek?

Secara definisi, investasi jangka pendek merupakan jenis investasi yang memiliki durasi pendek. Disebut pendek, karena investasi ini berjangka hanya beberapa bulan saja dan paling lama setahun. Tujuan memilih investasi ini biasanya karena dana dapat dicairkan keuntungannya dalam waktu beberapa bulan saja.

Kebanyakan orang memilih investasi jenis ini karena memiliki tiga alasan utama. Pertama, menjadikan cash flownya lebih bermanfaat sementara waktu, mendapatkan tambahan dana, dan membiayai kebutuhan jangka pendek.

Jenis-Jenis Investasi Jangka Pendek

Berikut ini adalah uraian tentang 5 jenis investasi jangka pendek. Investasi ini terdiri dari Reksadana Pasar Uang, Deposito, Saham, Surat Utang atau Sukuk Jangka Pendek, dan P2P Lending.

1. Reksadana Pasar Uang

Reksadana adalah produk investasi berupa bentuk penyertaan modal kepada manajer investasi untuk kemudian dikelola dan disalurkan kepada unit-unit investasi seperti saham, obligasi dan sebagainya. Reksadana terbagi menjadi beberapa jenis, salah satunya adalah reksadana pasar uang.

Baca Juga :  Perbedaan Analisis Teknikal dan Fundamental di Investasi Saham

Pengertian dari reksadana pasar uang adalah reksadana yang 100% investasinya di salurkan pada instrument pasar uang, seperti Sertifikat Bank Indonesia (SBI), Deposito Berjangka, Obligasi atau Sukuk, dan instrument pasar uang lainnya.

Dari semua jenis reksadana yang ada, jenis reksadana pasar uang merupakan jenis yang paling aman dan risikonya paling kecil. Hal ini dikarenakan adanya diversifikasi penempatan instrument pasar uang yang dipilih secara efektif.

Reksadana pasar uang juga disebut sebagai jenis investasi jangka pendek karena instrument pasar uang biasanya berada pada jangka waktu kurang dari setahun.

2.  Deposito

Kalau Anda orang yang rajin ke bank, pasti Anda tidak asing dengan istilah deposito. Produk ini kerap ditawarkan oleh bank sebagai media investasi si nasabah. Hal tersebut bertujuan untuk menarik nasabah agar mau berinvestasi pada produk deposito, maka Bank akan menawarkan return yang tinggi.

Ketika Anda memilih untuk menggunakan produk investasi berupa deposito, maka Anda akan dihadapkan oleh sebuah pilihan durasi. Durasi tersebut biasanya berkisar antara 3 bulan, 6 bulan, ataupun 1 tahun.

Perbedaan lama durasi deposito juga akan menyebabkan perbedaan return yang akan diperoleh. Semakin lama durasi yang diambil, maka semakin besar return yang akan diperoleh oleh nasabah.

3. Saham

Saham adalah investasi dalam bentuk penyertaan modal yang diberikannya sejumlah dana dalam bentuk saham, maka nantinya pihak investor memiliki sebagian hak atas perusahaan yang mereka tanamkan saham di sana. Salah satu haknya adalah mendapatkan dividen atas keuntungan yang dihasilkan oleh perusahaan.

Saham biasanya merupakan jenis investasi jangka Panjang. Meskipun demikian, investasi saham juga bisa tergolong dalam jenis investasi jangka pendek. Hal tersebut dapat terjadi ketika investor atau pemilik saham lebih memilih untuk meraih keuntungan dari investasi saham dengan cara jual-beli saham (trading).

Para investor yang menggunakan mekanisme trading saham sebagai upaya untuk mendapatkan keuntungan akan menganalisis perkembangan saham suatu perusahaan dan akan menjual saham tersebut di waktu yang tepat.

Hal ini dimaksudkan agar investor dapat meraih capital gain, yaitu kondisi dimana harga jual lebih tinggi dibandingkan harga saat ia membeli saham tersebut. Katakanlah, seorang investor membeli saham perusahaan X sebesar 1lot (100 lembar saham) seharga Rp 1000/lembar.

Baca Juga :  Bagaimana Cara Investasi Emas Antam? Berikut yang Perlu Dipahami

Artinya ia membeli saham perusahaan X sebesar Rp 100.000. Setelah berjalan 3 bulan kemudian, harga saham perusahaan X naik sebesar Rp2000/lembar. Melihat peluang tersebut dan kemungkinan akan turun pada bulan berikutnya maka si investor akan sesegera mungkin menjual sahamnya.

Maka, investor tersebut mendapatkan uang penjualan atas saham sebesar Rp 200.000 (Rp 2000×100 lembar). Artinya ia mendapatkan keuntungan atas jual beli saham sebesar Rp 100.000.

4. Surat Utang Jangka Pendek, Obligasi, Sukuk

Surat utang jangka pendek dibuat sebagai media berinvestasi yang memberikan keuntungan jangka pendek dan return yang rendah. Investasi ini bersifat fleksibel, dengan jangka waktu satu bulan hingga satu tahun.

Sukuk juga menjadi salah satu instrument yang juga kian digemari. Umumnya sukuk berada pada durasi investasi jangka Panjang yaitu 2-3 tahun. Namun, adapula sukuk dengan tenor pendek yaitu berkisar enam bulan, sukuk tersebut berseri SPNS09072019.

Semenjak dikeluarkannya pada awal tahun 2019, sukuk jenis ini telah meraup dana hingga 46% atau setara dengan Rp 8,201 triliun rupiah dari total penawarannya. Secara keseluruhan, lelang sukuk jenis ini sudah menghasilkan dengan total Rp 17.811 triliun.

Tidak hanya sukuk seri SPNS09072019, sukuk berseri PBS019 juga meraih posisi kedua dengan jumlah penawaran sebesar Rp 5,080 triliun. Imbal untuk hasilnya juga lumayan, dan membuat munculnya keinginan untuk berinvestasi yaitu sebesar 8,25%.

Kemudian di posisi terakhir diduduki oleh sukuk dengan seri PBS023, sukuk ini mendapatkan penawaran sejumlah Rp 326 miliar dengan imbal hasil yang menggiurkan yaitu sekitar 10%.

5. P2P Lending

P2P Lending adalah jenis investasi yang sedang ngetrend saat ini. Kemajuan teknologi informasi membuat  startup di bidang financial technology (fintech) kini bermunculan seperti jamur di musim hujan untuk memberikan fasilitas investasi. P2P Lending inilah salah satu yang banyak ditawarkan startup tersebut.

Sederhananya, P2P Lending ini adalah model investasi berupa pemberian modal dari satu pihak ke pihak lain yang membutuhkan permodalan.  Sasaran pemberian modal ini biasanya adalah para pelaku UKM. Anda  tidak perlu khawatir untuk memilih investasi jenis ini.

Baca Juga :  5 Aplikasi Reksa Dana Terbaik untuk Pemula

Karena perusahaan fintech dengan model bisnis P2P Lending dapat secara legal menjalankan operasional bisnisnya di saat mereka telah mendapatkan iziin dari Otoritas Jasa Keungan (OJK).  Pemilihan lembaga investasi ini menjadi penting agar Anda tidak berisiko menjadi korban investasi bodong.

Berinvestasi di P2P Lending tak perlu memiliki modal yang besar. Dengan modal sekitar Rp 100.000, Anda sudah bias ikut investasi di platform ini. Return yang ditawarkan investasi ini cukup besar, ada juga yang menjanjikan maksimal hingga 24%.

Keuntungan Investasi Jangka Pendek

Keuntungan Investasi Jangka Pendek

Terdapat beberapa alasan mengapa banyak orang yang lebih memilih untuk berinvestasi jangka pendek. Selain mempunyai tujuan tertentu, jenis investasi ini memiliki banyak keuntungan dan juga manfaat yang dapat Anda peroleh.

1. Menjadikanya Sebagai  Passive Income

Manfaat yang pertama adalah Anda dapat menjadikan investasi ini sebagai sarana pendapatan pasif atau passive income yang sangat fleksibel. Contohnya seperti reksadana, Anda dapat melakukan transaksi kapan saja dan juga di mana saja.

Tidak jauh berbeda dengan deposito. Saat melakukan investasi di deposito, Anda dapat memilih sesuka hati masa jatuh temponya sesuai dengan kebutuhan Anda.

2. Cocok untuk Mengumpulkan Dana Darurat

Keuntungan yang kedua dengan berinvestasi jangka pendek ini, Anda dapat lebih cepat mengumpulkan dana darurat. Dibandingkan Anda harus menggunakan rekening tabungan, tingkat bunga yang diberikan lebih tinggi oleh instrumen investasi ini, Hal tersebut akan memaksimalkan kemampuanmu memenuhi pos keuangan.

Hal terpenting lainya adalah pilihlah produk investasi jangka pendek yang sangat likuid, sehingga Anda dapat dengan mudah membayarnya saat Anda membutuhkannya. Hal tersebut menjadikanya sebagai kendaraan yang ideal untuk pembiayaan darurat.

3. Return Lebih Cepat Didapat

Pengembalian atau hasil dari investasi jenis ini sangat cepat, karena biasanya berlangsung kurang dari setahun. Dari keuntungan yang diperoleh, investor memiliki dua pilihan. Artinya, menginvestasikan kembali untuk tumbuh lebih cepat atau keluar untuk memenuhi kebutuhan tertentu.

Kesimpulan

Investasi jangka pendek patut dipertimbangkan menjadi pilihan berinvestasi untuk Anda yang ingin mendapatkan keuntungan dengan cara cepat dalam jangka waktu yang singkat. Kami hanya memberikan informasi untuk Anda semua, dan kami tidak memaksa Anda untuk melakukan investasi jenis apapun.